Jumat, 17 April 2009

rosi alam fidiansah




“home #?”
hardboard cut on paper
ukuran 17 x 24 cm (4 panel)
tahun 2009


Rumah…
Ada orang yang bilang, rumah adalah tempat anda lahir dan dibesarkan, ada juga yang mengatakan bahwa rumah adalah tempat dimana hatimu berada.
Bagiku rumah seperti layaknya sebuah ‘ruang’. Ruang dimana segala sesuatu dapat tinggal. Apakah sesuatu itu akan terus menetap atau tidak. Bungkus rokok adalah rumah bagi setiap batang rokok yang ada didalamnya. Tube, kaleng, atau plastik adalah rumah bagi cat, air atau apapun yang dikemas dalam benda tersebut. Begitupun dengan iga berbalut otot merupakan sebuah rumah yang nyaman dan aman bagi segala organ yang ada didalamnya.

Dalam karya yang berjudul “home #?” merupakan sebuah refleksi dari beberapa jenis rumah selain dari pada rumah yang biasa kita sebut dengan ‘rumah’, dalam tulisan ini kalimat teratas.

Pencarian ruang dengan raga yang selalu berpindah tempat dengan membawa banyak mimpi untuk segera dirasa nyata. Akan tetapi kepala tertinggal dan selalu merasa terikat dan terbelenggu dengan rumah utama yang ditinggalkan.

Sebuah ruang yang menawarkan gelak tawa yang terus menerus membuat hati kita terhibur. Dalam rumah ini selalu terkondisikan untuk selalu menggelinding riang dan akan terus seperti itu tanpa memikirkan kepentingan yang lain. Dunia luar penuh sesak dengan kepala penuh kebutuhan dan kepentingan dibalik tingkah tindakannya. Sedangkan yang ada didalam rumah secara sadar mentertawakan si berjuta kepala yang lalu lalang di depan mereka. Merasa hanya mereka yang menikmati hidup, akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa merekalah yang tertinggal dan berkaca mentertawakan diri sendiri.

Sangat berbeda dan bertolak belakang dengan ruang yang selalu menawarkan otak untuk selalu bekerja keras dengan banyak permasalahan, entah yang dibuat sendiri atau yang menghampiri. Selalu bergelut dengan permasalahan untuk mendapatkan pemecahan dan mendapatkan masalah yang baru lagi. Hingga kesenanganpun terangkat ketika permasalahan akan terus datang dan hampa tanpa ada yang harus dipecahkan.

Semua yang hidup selalu mencari ‘ruang’ yang diimpikan. ‘Surga’ tiap orang sangatlah berbeda, atau mungkin ada beberapa kesamaan dan itu merupakan hal yang hakiki… yakni dalam ruang tersebut dia dapatkan bahagia, nyaman, sejahtera, tentram, damai dan lain sebagainya. Harus disadari bahwa untuk mendapatkan itu semua sangatlah butuh peras tenaga dan pikiran tentu saja. Sebagaimana manusia yang dapat berpikir pasti akan terus memperjuangkan dan bergelut demi ‘surga’ sesuai dengan versinya. Kejarlah ‘surga’mu dengan menatap realitas kehidupan yang sedang dijalani. Perjuangkan….bukan hanya terus memimpikan….
‘surga’ bukan dalam konteks perjalanan akhir setelah mizan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar