Tampilkan postingan dengan label rosi alam fidiansah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rosi alam fidiansah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Oktober 2011

Pameran Seni Grafis HANGOUT #3



Pameran Seni Grafis HANGOUT #3
Memanfaatkan Waktu Jeda Saat Pergantian Ronde atau Menghindar Dari Ring Tinju.


Kali ini adalah pameran seni grafis hangout#3
Kali ini saya yang mendapat jatah menulis untuk pameran ini.Saya mengawali dengan mengajak berdiskusi dengan mereka sebelum pameran. Beberapa yang terekam dan saya catat tetusaja yang menurut saya menarik untuk saya tuliskan di lembar ini.
Sembilan seniman muda mengunjukkan karya grafisnya walau dalam semangat hang out. Seolah menghiraukan bagaimana nasib seni grafis (selama ini masih didiaknosa sebagai seni penyerta), dan bersemangat dengan apa yang dilakukan secara terus menerus dan diyakini akan membentuk sebuah etos yang berbuah manis.
Dan berikut adalah cuwilan wawancara sebelum mereka berpameran
Meski begitu muda alasan mereka bersenirupa bagitu menarik, Gilang Nuari a.k.a Kliwon menyatakan bahwa bersenirupa adalah sebuah panggilan hidup. Meski dia sendiri tidak begitu yakin nantinya akan menjadi total seniman namun justru senirupa yang ia perjuangkan akan membangun dirinya nanti menjadi pengajar seni rupa yang baik. Sedang Bothak berharap senirupa yang ia jalani akan mampu menghidupinya di kemudian hari. Maka untuk mempertebal rasa dan kepekaan artistiknya ia melakukan aktivitas bersenirupa seperti halnya menulis buku harian. Hampir serupa dengan ungkapan yang lain, Kribo begitu yakin bahwa bersenirupa mampu membuatnya “sugih”.
Pada intinya mereka memiliki harapan besar akan hari esok yang “baik” dimana senirupa yang mereka perjuangkan memberikan bukti terhadap harapan yang setidaknya telah dilontarkan sebelumnya.

Sudah selazimnya seorang seniman melakukan Pameran kelompok maupun tunggal, tidak lain untuk mempresentasikan karyanya ke publik atau selebihnya adalah menawarkan kepada kolektor untuk setidaknya dikoleksi mereka. Hal tersebut juga diungkapkan langsung oleh mereka yang akan berpameran SENIGRAFIS hangout #3 kali ini. Berikut juga pilihan cuplikan jawaban mereka atas pertanyaan mengapa berpameran.
A: saya mengikuti pameran ini karena ingin belajar dari teman-teman tentang berpameran. Serta ingin mengenal teman teman di luar kampus atau se-mainan. Karena selama ini saya hanya berteman dengan itu-itu saja, setongkrongan juga dengan itu-itu saja.
B: kalau saya, pameran ini adalah kesempatan saya untuk mengenalkan karya saya kepada orang lain. Apalagi ini adalah karya grafis saya yang dipamerkan. secara jurusan saya kuliah bukan di minat utama seni grafis, jadi hal ini begitu penting untuk saya.
C: menurut saya, mengikuti pameran ini adalah semacam sharing. Berbagi tentang apa yang telah saya buat dalam hal ini adalah konteknya karya, yaitu karya grafis.
D: kalau saya sama seperti mas C berbagi pengalaman dalam menggrafis.
E: Sebagai mahasiswa senirupa jurusan seni grafis, menurut saya pameran adalah wujud dari usaha kekonsistenan saya di senirupa itu sendiri.
Lagi, Meski pameran ini konteknya serius tapi santai apa-apa yang mereka lontarkan ketika berdiskusi cenderung berat. Santai dalam konten berkaryanya cenderung tidak nampak. Satu diantara yang lain mencoba mengutarakan kehati-hatiannya dalam bersikap dan memilih bersenirupa.
dari judul dan visualnya terlihat tidak ada yang ingin mengungkapkan keindahan alam bumi ini. Mereka tidak lepas dari pengungkapan persoalan sosial global, ke-pribadi, dan persoalan senirupa yang ada.
Mereka adalah Anggara LP , Anton Subiyanto, Diki Armawan, Gilang Fradika, Gilang Nuari, Imam Nasruloh, Marta Nanda perdana, Rosi Alam Firmansyah, Yohanes Darmawan, Marten.
Menghidupkan senigrafis kita mestilah diawali dengan kesadaran bahwa menggrafis adalah bukan sekedar menciptakan sebuah benda.

anton subiyanto

Jumat, 17 April 2009

rosi alam fidiansah




“home #?”
hardboard cut on paper
ukuran 17 x 24 cm (4 panel)
tahun 2009


Rumah…
Ada orang yang bilang, rumah adalah tempat anda lahir dan dibesarkan, ada juga yang mengatakan bahwa rumah adalah tempat dimana hatimu berada.
Bagiku rumah seperti layaknya sebuah ‘ruang’. Ruang dimana segala sesuatu dapat tinggal. Apakah sesuatu itu akan terus menetap atau tidak. Bungkus rokok adalah rumah bagi setiap batang rokok yang ada didalamnya. Tube, kaleng, atau plastik adalah rumah bagi cat, air atau apapun yang dikemas dalam benda tersebut. Begitupun dengan iga berbalut otot merupakan sebuah rumah yang nyaman dan aman bagi segala organ yang ada didalamnya.

Dalam karya yang berjudul “home #?” merupakan sebuah refleksi dari beberapa jenis rumah selain dari pada rumah yang biasa kita sebut dengan ‘rumah’, dalam tulisan ini kalimat teratas.

Pencarian ruang dengan raga yang selalu berpindah tempat dengan membawa banyak mimpi untuk segera dirasa nyata. Akan tetapi kepala tertinggal dan selalu merasa terikat dan terbelenggu dengan rumah utama yang ditinggalkan.

Sebuah ruang yang menawarkan gelak tawa yang terus menerus membuat hati kita terhibur. Dalam rumah ini selalu terkondisikan untuk selalu menggelinding riang dan akan terus seperti itu tanpa memikirkan kepentingan yang lain. Dunia luar penuh sesak dengan kepala penuh kebutuhan dan kepentingan dibalik tingkah tindakannya. Sedangkan yang ada didalam rumah secara sadar mentertawakan si berjuta kepala yang lalu lalang di depan mereka. Merasa hanya mereka yang menikmati hidup, akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa merekalah yang tertinggal dan berkaca mentertawakan diri sendiri.

Sangat berbeda dan bertolak belakang dengan ruang yang selalu menawarkan otak untuk selalu bekerja keras dengan banyak permasalahan, entah yang dibuat sendiri atau yang menghampiri. Selalu bergelut dengan permasalahan untuk mendapatkan pemecahan dan mendapatkan masalah yang baru lagi. Hingga kesenanganpun terangkat ketika permasalahan akan terus datang dan hampa tanpa ada yang harus dipecahkan.

Semua yang hidup selalu mencari ‘ruang’ yang diimpikan. ‘Surga’ tiap orang sangatlah berbeda, atau mungkin ada beberapa kesamaan dan itu merupakan hal yang hakiki… yakni dalam ruang tersebut dia dapatkan bahagia, nyaman, sejahtera, tentram, damai dan lain sebagainya. Harus disadari bahwa untuk mendapatkan itu semua sangatlah butuh peras tenaga dan pikiran tentu saja. Sebagaimana manusia yang dapat berpikir pasti akan terus memperjuangkan dan bergelut demi ‘surga’ sesuai dengan versinya. Kejarlah ‘surga’mu dengan menatap realitas kehidupan yang sedang dijalani. Perjuangkan….bukan hanya terus memimpikan….
‘surga’ bukan dalam konteks perjalanan akhir setelah mizan